Judul Buku: Obat Rindu Al-Qur’an
Penulis: Amru asy-Syarqawi
Jumlah halaman: 188
Penerbit: Gema Insani
Tahun Terbit: Cetakan 1, 2021
ISBN: 978-602-250-917-2
Yaa Allah… Jadikanlah Al-Qur’an yang Agung sebagai musim semi bagi hatiku, cahaya di dadaku, penghapus kesedihanku, dan penghilang keresahanku. (HR. Ahmad)
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Rasul mulia Muhammad SAW. Dinukil kepada kita secara mutawatir (beruntun), serta dinilai ibadah ketika membacanya.
Al-Quran tiada keraguan sedikitpun di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Tidak ada kekurangan yang menodai kesempurnaannya, sandaran bagi manusia dalam menjalani kehidupan agar bisa meraih kemuliaan.
Membaca Al-Quran menjadi nutrisi bagi jiwa sebagai penentu hidupnya raga, menggerakkan dan menyuburkan hati. Memiliki pengaruh yang memancar dalam setiap realita kehidupan manusia.
Allah SWT berfirman :
“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (TQS al-Isra [17]: 82).
Imam Al Qurtuby menjelaskan ada dua pengertian tentang kata “penawar” pada ayat tersebut di atas:
Yang pertama Al-Qur’an sebagai penawar bagi hati dengan hilangnya kebodohan dan keraguan. Juga karena terbukanya penutup hati dari penyakit kebodohan, serta pemahaman akan mukjizat dan perkara-perkara yang menunjukkan akan eksistensi Allah SWT.
Yang kedua Al-Quran sebagai penawar maksudnya adalah sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit lahiriah dengan cara ruqyah, ta’awuz dan semacamnya.
Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia yang mengaku beriman kepada kebenaran Al-Qur’an selalu menjaga hubungan harmonisnya dengan Al- Qur’an agar efek penawar bisa selalu terasa dalam menjalani kehidupan.
Salah satu indikator adanya hubungan harmonis dengan al-Qur’an adalah ada rasa rindu yang mendalam tatkala tidak berinteraksi dengannya. Dimana kerinduan tersebut akan terobati dengan rasa tenang saat berinteraksi dengannya baik dengan jalan tilawah, tadabbur, atau tafakkur.
Akan tetapi menjaga keharmonisan dan keakraban dengan Al-Qur’an bukanlah perkara yang mudah bagi kebanyakan manusia. Hanya mereka yang memiliki niat dan tekad kuat yang ditopang dengan keimanan yang bisa merasakan kerinduan mendalam terhadap Al-Qur’an.
Buku yang memiliki judul asli Al-Musyawwiq ila Al-Qur’an ini akan memotivasi dan membangkitkan rasa rindu pembacanya terhadap Al-Qur’an. Sehingga para pembacanya akan merasa butuh terhadap kehadiran Al-Qur’an sebagai penawar jiwa dan penerang hati dari syahwat dan syubhat.
Buku ini berisikan nasihat, hikmah, motivasi kebaikan, ancaman dan kisah penuh ibrah yang menggugah untuk mengobati hati agar mau terpaut lebih dekat dengan Al-Quran. Berisi 12 Bab yang tersusun dari kumpulan artikel karya penulis, setiap bab saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Buku yang memanjakan pembacanya ini selain enak dibaca dan tidak membosankan juga menyertakan fitur highlight pada kalimat-kalimat di setiap pokok bahasan yang dirasa penting untuk pembaca. Didukung pula dengan bahasa terjemahan dari tim Gema Insani yang ringan, berbobot, dan mudah dipahami serta catatan kaki untuk mencantumkan riwayat hadist dan judul kitab yang menjadi rujukan.
Dimulai dengan pembahasan berdamai dengan Al-Quran, penulis buku memberikan 3 tips berharga sebagai langkah awal untuk berdamai dengan Al-Quran. Agar mampu membekas di dalam hati 3 langkah awal tersebut harus dibarengi dengan pemahaman yang utuh tentang Al-Qur’an sebagai wahyu. Bukan hanya makna wahyu secara historis, tetapi juga makna wahyu yang melekat sebenarnya kepada Al-Quran yaitu hubungan Al-Qur’an dengan sumbernya (Allah SWT) yang merupakan hubungan abadi.
Al-Quran sebagai wahyu ialah kata kunci dalam penghayatan Al-Quran, pencarian maknanya, serta penyingkapan hakikat-hakikat keimanan dan risalah rabani (pesan ketuhanan) yang dikandungnya. (halaman 7)
Dengan cara itulah berdamai dengan Al-Qur’an bisa tercapai akan membawa efek sebagai cahaya petunjuk yang terang layaknya bebatuan mulia dan bintang yang turun dari langit.
Al-Qur’an akan bersinar bagi setiap orang yang “menggosoknya” dengan hati, bersusah payah dengan jiwa, dan berakhlak dengannya. (halaman 13)
Pada buku ini penulis juga membahas tentang ilmu ‘Ulumul Qur’an pada bab yang berjudul Pengantar Sejarah Al-Qur’an (halaman 15-22). Dibahas secara ringkas bab ini menjadi penting untuk dibaca dan dipahami karena mengemukakan sebuah kajian yang berkaitan dengan kitab wahyu (book of revelation) yang diturunkan kepada nabi mulia Muhammad SAW. Yang dipaparkan oleh penulis pada bab ini berkaitan dengan: Definisi Al-Qur’an, kewahyuannya, pengumpulannya, makkah dan madinah, dan penulisannya.
Pada pembahasan tentang tilawah, penulis menjelaskan bahwa aktivitas tilawah dapat membangkitkan cahaya hati, dan mampu memberikan energi kehidupan. Sedangkan berkaitan dengan cara tilawah Al-Qur’an, penulis mengutip pendapat ibnu al-Qayyim yang membagi tilawah menjadi dua bagian yaitu tilawah lafaz dan tilawah makna. Dimana, tilawah makna memliki kedudukan yang lebih mulia daripada tilawah lafaz.
Ahli tilawah yang sebenarnya adalah ahlul Qur’an yang mendapatkan pujian di dunia dan di akhirat. Merekalah yang berkomitmen dengan tilawah dan mutaba’ah (mengikuti petunjuk) dengan sebenarnya. (halaman 49)
Diakhir pembahasan buku ini penulis menyelipkan bab berjudul Naungan-Naungan Teduh yang berisi kumpulan renungan dari beberapa ayat Al-Quran, sebagian besarnya berupa inspirasi dan hikmah tersembunyi agar para pembaca lebih memahami Al-Qur’an dan termotivasi menjadi golongan Ahlul Qur’an.
Sebagaimana saat penulis menjelaskan tentang hikmah dari Surat Thaha:
“Aku telah memilihmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).” (TQS Thaha [20]: 13)
Hikmah dari ayat tersebut adalah Renungkanlah sebesar apa kadar pendengaran kita terhadap wahyu Allah SWT, karena sebesar itulah kadar keakraban kita dengan Nya. (halaman 162)
Penting bagi kita umat muslim untuk membaca buku ini, setidaknya untuk memastikan kembali ada rindu yang bersemi di hati kita terhadap Al-Qur’an. Agar jiwa tidak kering kerontang dan terombang-ambing dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang berasal dari Sang Maha Benar dan Maha Pemberi Petunjuk. Sebagai bekal bagi kita semua umat Nabi Muhammad SAW agar tidak tersesat dari tujuan jalan mulia yaitu menjadi umat yang terbaik (Khairu Ummah).
Selain itu, sebagai seorang muslim sejak dini kita dituntut untuk mengaplikasikan kandungan Al-Qur’an sebagai framework dalam kehidupan di dunia. Membaca buku ini merupakan langkah awal yang bisa memotivasi kita untuk bersemangat dalam mengamalkan isi Al-Quran. Hal ini sesuai dengan wasiat Rasulullah SAW sebagaimana yang diriwiyatkan oleh Abu Abdurrahman as-Sulami dari Utsman bin Affan RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.” (HR. Al-Bukhari).
Amru asy-Syarqawi penulis buku ini merupakan seorang cendekiawan muda Muslim yang berasal dari negeri Mesir. Spesialisasi keilmuannya dalam bidang tafsir dan ilmu Al-Qur-an didapatkannya setelah menempuh Pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo. Selain aktif berkontribusi menulis artikel dan makalah pada platform Tafsir.net, penulis juga merupakan seorang peneliti di Tafsir Center of Quranic Studies. Al-Musyawwiq ila Al-Qur’an merupakan salah satu karyanya yang sudah diterbitkan selain beberapa buku lainnya seperti ad-Dalil ila Al-Qur’an dan Al-Qur’an fi Hayah al-Al wa al-Ashab.
Tertarik untuk baca bukunya? Silahkan klik tombol di bawah ini