Berdoa merupakan aktivitas ibadah seorang hamba kepada Allah SWT.
Di dalam doa-doa yang dipanjatkan biasanya terselip keinginan, permohonan agar apa yang menjadi hajat hidup dikabulkan oleh Allah SWT.
Sebagai seorang hamba pastinya manusia bergembira ketika doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan karena begitu gembiranya menjadi sering lupa untuk bersyukur kepada yang telah mengabulkan doa-doanya.
Tak sedikit pula banyak yang bersedih bahkan putus asa ketika doa tidak kunjung dikabulkan oleh Allah SWT.
Lantas apa yang semestinya dilakukan jika doa tidak kunjung dikabulkan oleh Allah SWT?
Di dalam kitab Jawahirul Lu’luiyah Fii Syarhil Arbai’n An-Nawawiyah Syekh Muhammad bin ‘Abdullah al-Jurdani al-Dimyathi menuliskan kisah Syeikh Ibrahim bin Adham ketika sedang melewati sebuah pasar di daerah Basrah.
Dalam perjalanannya tersebut mendadak ada seorang yang berteriak memanggil dengan nama kunyah beliau, “Wahai Abu Ishaq!”. Beliaupun berhenti melangkah sembari menoleh kearah datangnya suara.
“Kami telah berdoa, tetapi mengapa Allah tidak kunjung mengabulkan doa kami?.” Bertanya orang yang memanggil tadi.
Syeikh Ibrahim bin Adham memandang dengan seksama orang tersebut, kemudian berkata :
“Hal tersebut disebabkan oleh hati kalian yang sudah mati terhadap sepuluh hal.” Jawab Syeikh Ibrahim bin Adham, kemudian beliau melanjutkan :
“Pertama, kalian mengaku mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan apa yang sudah di perintah-Nya.
Kedua, kalian berkata mencintai Rasulullah SAW tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
Ketiga, kalian membaca Al-Qur’an tetapi kalian tidak mau mengamalkan isinya.
Keempat, kalian memakan dan menikmati nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian tetapi kalian tidak mensyukurinya.
Kelima, kalian mengatakan bahwa syetan itu adalah musuh bagi kalian tetapi kalian tidak menyelisihinya.
Keenam, kalian berkata bahwa surga itu ada tetapi kalian tidak beramal untuk mendapatkannya.
Ketujuh, kalian berkata bahwa neraka itu ada tetapi kalian tidak berusaha untuk menghindarinya.
Kedelapan, kalian berkata bahwa kematian itu pasti datang tetapi kalian tidak mempersiapkannya.
Kesembilan, Kalian bangun dari tidur lalu kalian sibuk mengurusi kesalahan orang lain tetapi melupakan kesalahan kalian sendiri.
Kesepuluh, kalian menguburkan jenazah orang mati tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.”
Jika disimak dengan baik, sepuluh hal yang disampaikan oleh syeikh Ibrahim bin Adham tersebut adalah perkara-perkara ringan terkait kebiasaan sehari-hari kehidupan manusia di masa hidupnya.
Akan tetapi perkara-perkara ringan tersebut banyak yang melalaikan dari mengingat Allah SWT sehingga hati menjadi mati karena terbiasa melalaikannya.
Sehingga aktivitas-aktivitas ibadah sehari-hari yang ringan seperti sholat, berdzikir, membaca Al-Quran, serta aktivitas sehari-hari seperti makan dan minum menjadi jauh dari nilai spiritualitas yang seharusnya dapat menambah kedekatan seorang hamba kepada penciptanya.
Lalu bagaimana doa bisa dikabulkan jika aktivitas berdoa yang dilakukan hanya sebatas lafaz-lafaz yang keluar dari lisan saja, sedangkan hati tidak bertaut sepenuhnya kepada Allah SWT.
Inilah inti dari perkara yang disampaikan oleh syeikh Ibrahim bin Adham kepada orang yang bertanya kepada beliau.
Oleh karena itu perbanyaklah mengingat Allah SWT dalam segala aktivitas hidup sehari-hari, terutama saat sedang menjalankan ibadah.
Sebab, Allah SWT sudah berjanji akan mengingat hamba-Nya yang ingat kepada-Nya sebagaimana tertuang didalam Al-Quran
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah:152)
Jadi apapun kondisinya teruslah berdoa dan memohon kepada Allah SWT, terus bangun keyakinan bahwa Allah SWT pasti mendengar setiap doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya.
Insya Allah doa pun akan segera dikabulkan. Wallahu A’lam Bishowab
Sumber : Jawahirul Lu’luiyah Fii Syarhil Arbai’n An-Nawawiyah. Muhammad bin ‘Abdullah al-Jurdani al-Dimyathi. Cairo: Maktabah Al-Iman Lin Nasyr Wat Tauzi’.