You are currently viewing Belajar Menjadi Penikmat Kopi

Belajar Menjadi Penikmat Kopi

Saya masih sempat menyingkap lengan jaket dan melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 09.10 WIB ketika tiba di depan rumah berpagar hitam itu. Disusul oleh sapaan bernada pertanyaan dari balik pagar, pertanda pemilik rumah sudah mengetahui kehadiran saya. “Mas Arie?” sapanya. “Benar Mas,” jawab saya. “Langsung saja masuk.” Si pemilik rumah mempersilahkan saya masuk ke teras rumahnya yang berada di balik pagar, dan mengarahkan supaya sepeda motor yang saya kendarai di parkir diteras saja.

Pemilik rumah adalah Krisna, saya memanggilnya mas Krisna, seorang penikmat, pecinta, dan penggiat kopi di kota Bondowoso. Dia juga kakak tingkat saya dulu ketika duduk dibangku SMP. Sengaja saya berkunjung datang ke rumahnya setelah mem-follow akun IG nya (@priyantokrisna1115) dan melihat berandanya yang dipenuhi postingan tentang kopi.

Rasa penasaran yang membuat saya berjanji akan berkunjung ke rumahnya, ngobrol santai tentang dunia kopi, dan belajar langsung bagaimana cara menjadi penikmat sekaligus pecinta kopi.

Meskipun lahir dan tumbuh dewasa di kota Bondowoso, tapi pengetahuan saya tentang kopi sangat minim sekali. Padahal sejak tahun 2016 lalu di masa kepemimpinan Bupati Amin Said Husni kota Bondowoso terkenal dengan tagline Bondowoso Republik Kopi.

Kawasan pegunungan Ijen dan lereng gunung Raung yang terkenal dengan nama klaster “Java Ijen-Raung” merupakan salah satu daerah penghasil kopi arabika  terbesar di Indonesia. Terletak di ketinggian antara 1100 – 1550 MDPL aroma kopi arabika Java Ijen-Raung bukan hanya tercium di seantero pelosok Indonesia, tapi juga tercium dan terkenal sampai di daratan benua Eropa dan benua Amerika.

Perjalanan Biji Kopi

Setahu saya cara menikmati kopi sederhana saja, siapkan air panas, tuang kopi kemasan ke dalam cangkir, tambah gula sedikit jika ingin ada rasa manisnya, kemudian campurkan air panas, aduk perlahan-lahan, setelah suhunya agak dingin dan ampas kopi turun ke bawah baru diseruput sedikit demi sedikit.

Kopi kemasan biasanya saya beli di supermarket terdekat, beli yang rentengan dengan isi 10 saset. Agar tidak cepat habis dan tidak perlu bolak balik ke supermarket tersebut saya biasanya membeli 2 renteng, cukup untuk persedian ngopi selepas subuh selama 2 minggu. Sehari cukup 1 cangkir kopi dalam keadaan normal, namun terkadang jika ada tamu yang berkunjung ke rumah saya juga menemaninya minum suguhan kopi juga.

Bagi para pecinta kopi ngopi yang sebenarnya bukan hanya sekadar aktivitas menikmati seduhan kopi yang sudah dipesan di coffee shop atau kedai kopi. Bukan pula sekadar menikmati seduhan kopi saset di rumah sambil termenung dan menghisap sebatang rokok lalu menghembuskan asapnya dengan perlahan.

Lebih dari itu, mas Krisna menjelaskan yang dinamakan ngopi adalah menikmati semua proses membuat secangkir kopi. Mulai menggiling sendiri bijih kopi pilihan, menakar kopi yang sudah digiling dengan timbangan, menuangkan air panas yang sudah disiapkan, baru kemudian mulai menyeruputnya sedikit demi sedikit.

“Menariknya kopi itu karena proses pengolahannya dari hulu sampai hilir saling berkaitan, sehingga kita tidak bisa ngomong kenapa kopi ini kok enak, karena saya yang nyangrai, karena saya yang nyeduh, meskipun mungkin ada beberapa orang yang berkata seperti itu,” jelasnya kepada saya yang duduk di sampingnya di atas kursi kayu panjang berwarna hijau.

“Tapi bagi saya, tidak bisa seperti itu, karena semuanya saling berkaitan. Kopi itu baru bisa dibilang enak jika petaninya bagus, yang ngolah bagus, terus yang nyangrai juga harus mengerti, setelah itu baru barista yang ada di coffee shop juga harus ngerti juga cara bikin kopi yang enak,” tambahnya.

Sebelum menjadi secangkir kopi yang siap dinikmati, bubuk kopi menjalani proses yang panjang. Proses ini dikenal dengan sebutan pengolahan dari hulu ke hilir, step by step pengolahan inilah yang bertanggung jawab terhadap aroma dan citarasa secangkir kopi yang disajikan. Buah kopi berkualitas akan menghasilkan biji kopi bermutu tinggi jika diolah dengan tepat.

Pada proses produksi kopi, pengolahan hulu dikenal juga dengan pengolahan primer yaitu proses pasca panen kopi yang meliputi sortasi, pengupasan, fermentasi, dan pengeringan. Sedangkan pengolahan hilir merupakan rentetan proses produksi kopi yang meliputi penyangraian, pendinginan, penghalusan, dan terakhir pengemasan.

Menikmati Yellow Caturra

“Ayo mas kita mulai ngopi nya!” Mas Krisna mengajak saya untuk memulai proses penggilingan biji kopi di botol kecil yang sedang dia pegang.

Biji kopi tersebut terkenal dengan nama yellow caturra. Memiliki karakteristik buah berwarna kuning saat matang di pohonnya. Dengan ukuran biji lebih kecil dari biji kopi lainnya, dan mengeluarkan aroma buah yang sangat kuat.

Kabarnya biji kopi arabika jenis yellow caturra ini langka, hanya ada 700-900 pohon saja di dunia.

Sambil menunggu air mendidih, proses menggiling biji kopi dimulai. Mas Krisna menyediakan alat grinder kopi manual dan otomatis. Menurutnya ada perbedaan citarasa kopi yang dihasilkan dari kedua jenis grinder tersebut.

Grinder manual cocok dibawa ketika sedang bepergian, sedangkan grinder otomatis karena membutuhkan arus listrik untuk mengoperasikannya cocok untuk penggunaan rumahan atau di kedai kopi.

Setelah biji kopi halus, langkah berikutnya adalah menakar kopi dengan timbangan, yang akan digunakan adalah bubuk kopi seberat 12 gram. Untuk menentukan kepekatan kopi yang dihasilkan setelah di seduh dengan air gunakan perbandingan bubuk kopi : air sebesar 1:10 sampai 1:15. Tergantung pada selera penikmat kopi suka rasa yang strong atau soft.

Yang perlu diingat adalah, jangan tuangkan air mendidih pada kopi, tapi biarkan sejenak air tersebut sampai suhunya menurun. Suhu air yang disarankan untuk menyeduh kopi agar aroma dan cita rasa kopi tidak hilang adalah antara 90 – 92 derajat celcius. Tuangkan perlahan air panas di dalam teko dengan gerakan memutar atau gerakan naik turun.

Jangan langsung dituang memenuhi cangkir kopi, tapi tuangkan sedikit dulu sampai semua bubuk kopi terendam, kemudian diamkan beberapa saat agar proses pelepasan gas karbondioksida pada kopi juga berjalan. Kemudian baru penuhi cangkir kopi sesuai dengan rasio yang diinginkan.

Sebenarnya darimana gas karbondioksida itu berasal? Hal ini terkait erat ketika proses roasting (sangrai) dilakukan, biji kopi yang disangrai akan menyimpan gas karbondioksida pada anatomi bijinya. Dimana gas karbondioksida tersebut akan berangsur-angsur menghilang seiring lamanya biji kopi di dalam kemasan, dan ketika digiling menjadi partikel-partikel yang lebih halus.

Indikator yang menunjukkan biji kopi tersebut baik dan segar bisa dilihat dari gelembung-gelembung udara yang dihasilkan saat proses menyeduh kopi. Semakin banyak gelembung udara yang dihasilkan semakin nikmat dan segar cita rasa kopi tersebut.

Begitu yellow caturra selesai diseduh aroma buah segar dengan rasa  menyerupai lemon yang asam dan manis bercampur dengan wangi khas kopi menyeruak menusuk hidung. Kurang lebih 3 menit kemudian saya coba untuk meminumnya.

Bismillah….” Glek. Pertama kali yang saya rasakan adalah rasa asam tapi tidak terlalu asam cenderung bercampur rasa manis yang ringan. Rasa pahit dari kopi kemasan tanpa gula yang biasa saya minum saat pagi hari, nyaris tidak terasa pada seduhan kopi arabika yellow caturra ini.  Sisa rasa asam dan manis yang ringan pada lidah inilah yang membuat saya ingin terus menyeruput kopi tersebut sampai habis.

Menjadi Penikmat Kopi Sejati

Sensasi segar setelah meminum kopi sedikit demi sedikit baru terasa beberapa saat kemudian. Mungkin kandungan kafein di dalam kopi yang baru saya minum mulai bekerja. Kadar kafein kopi arabica lebih sedikit jika dibandingkan dengan kadar kafein kopi robusta.

Mas Krisna menyodorkan air mineral untuk diminum agar bisa menetralisir kadar kafein yang diserap oleh tubuh. Karena bagaimanapun juga kafein berlebih tidak baik bagi yang memiliki masalah pada lambung dan hipertensi.

Nikmatnya kopi arabika dari pegunungan ijen pada setiap tetes seduhannya memang tidak diragukan lagi. Alam subur yang ada di dataran Ijen dipengaruhi oleh letusan gunung berapi yang mengandung kadar humus arang dan kaya akan unsur hara berpengaruh besar terhadap suburnya kebun kopi dan nikmatnya biji kopi yang dihasilkan.

Ditambah proses pengolahan, proses sangrai, proses penggilingan, sampai proses menyeduh yang sedemikian rupa dan dilakukan oleh ahlinya membuat citarasa kopi arabika benar-benar nikmat.

Tetapi, akan terasa lebih nikmat lagi jika saat meminum dan menikmatinya membuat keyakinan dalam diri semakin bertambah bahwa  semua itu merupakan anugerah dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta yaitu Allah SWT.

Sehingga dengan bertambahnya keyakinan tersebut ada keinginan untuk terus mendekat dan bersyukur kepada-Nya, sadar akan keterbatasan diri yang lemah, serta selalu merasa butuh akan kasih sayang sekaligus rahmat-Nya. Itulah kenikmatan sejati yang bukan hanya akan terasa di dunia ini saja, tapi sampai di kehidupan yang abadi kelak.

[Bersambung]

abahzaki

Al-Faqir, hanyalah seorang hamba Allah yang terus berusaha untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya

Leave a Reply